Minggu, 08 Januari 2012

<<<<<<< Jika Hidup Terasa Sulit >>>>>>>

Saudaraku….
Pernahkah kita merasakan energi sabar yang lahir dari penghambaan Nabi Ayyub as,
Energi harapan dan cinta yang dipupuk oleh Muhammad Al-Fatih dalam ibadah-ibadah kepada-Nya bahwa suatu saat, Konstantinopel akan diraihnya,
kebeningan hati Fatimah az-zahra kecil yang dengan tegas menentang kaum Quraisy yang mengotori Ayahnya dengan isi perut onta ketika shalat,
atau… merasakan bagaimana bersihnya hati Abubuakar As-Shiddiq yang dengan tenang menerima kabar kematian Rasulullah SAW, meski sebagian besar ummat islam saat itu menglami kegoncangan,
Sungguh… itu sedikit potret dari orang-orang shalih terdahulu yang menginspirasi.
Jangan ditanya kedekatan mereka dengan Allah,
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa memberikan hukuman terhadap diri sendiri jika lalai dalam ibadah kepada-Nya… sekalipun hanya ketinggalan shalat berjama’ah… atau ibadah-ibadah lain yang kita anggap “sepele”
Mereka senantiasa memahami, bahwa jika kita mengingat-Nya, maka Allah akan ingat pula kepada kita…
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu….
Tidak hanya itu… rasa syukur atas semua nikmat Allah tak pernah lepas dari setiap dimensi kehidupan mereka…
…….. dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku” (Al-Baqarah: 152).
Saudaraku…
Pernahkah kita merasa bahwa takdir yang Allah berikan kepada kita tidak sesuai dengan kehendak kita?
Ketika usaha sudah kita coba, dan doa-doa senantiasa kita panjatkan, namun ternyata Allah berkata lain atas ketentuan yang ditetapkan-Nya…
Lalu…
Pernahkah kita berada pada situasi dimana merasa menjadi orang paling “tidak beruntung”, “paling sengsara”, tak mendapat nikmat apa-apa?
Manusiawi adanya jika ini kita rasakan…
Namun… selaku hamba yang mengaku seorang muslim…
yang mengaku memiliki iman kepada Allah swt di hati-hati kita… sesungguhnya, banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dari orang-orang mulia yang senantiasa dekat kepada-Nya…
Bayangkan jika masa tersulit baginda Nabi selama diboikot oleh kau Quraisy dilewati tanpa rasa syukur kepada Allah swt,
Masihkah kita menikmati Islam saat ini?
Atau ketika para Mursyid ‘am Ikhwanul Muslimin, yang rela dipenjarakan dan menerima siksaan bertubi-tubi melewati semua ujian itu dengan menggadaikan idealisme dan menjual murah Jihad yang selama ini mereka kerjakan…
Bisakah kita mendapatkan pelajaran dan ruh perjuangan dari mereka?
Saudaraku…
Semua ujian dan cobaan itu mereka lalui dengan rasa syukur yang berlimpah kepada-Nya…
Al-Muhasibi, pernah berkata…
“Rasa syukur yang paling tinggi adalah bila engkau menganggap SETIAP MALAPETAKA sebagai suatu NIKMAT. Karena malapetaka yang menimpa manusia yang lain lebih dahsyat dan lebih besar dibandingkan dengan malapetaka yang menimpamu, di saat manusia merasa butuh SABAR, engkau malah bisa BERSYUKUR”…
Masya Allah…
Kalimat ini… jika kita renungkan secara mendalam… betapa menyimpan energi kecintaan pada Allah yang luar biasa,
Perasaan dimana semua batas emosi telah dilewatkan oleh IMAN kita, karena merasa bahwa apapun dari-Nya, sesungguhnya selalu yang terbaik buat kita.
Inilah yang menjadi alasan kenapa Rasulullah saw menjadi orang yang paling bersyukur atas nikmat-Nya.
Rasulullah memahami, bahwa kebesaran Allah senantiasa lahir dari penciptaan langit dan bumi.
Bahkan, ketika nikmat tidur bersama Aisyah RA sedang dikecapi olehnya, Rasulullah meminta izin kepada Aisyah untuk shalat dan menangis di hadapan-Nya.
Aisyah RA dengan keheranan bertanya kepada Beliau “Apakah yang menyebabkan Tuan menangis, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa Tuan baik yang dahulu maupun yang belakangan?”
Lalu apa jawaban Rasulullah…?
Sang Nabi yang Mulia (Semoga Allah mempertemukan kita dengan Beliau di Jannah-Nya) berkata…
“Tidakkah aku mesti menjadi hamba yang bersyukur? bagaimana aku tidak menangis sedangkan Allah menurunkan ayat ini kepadaku, “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi……… adalah tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi kaum yang berfikir” (Al-Baqarah: 164 dan Ali Imran: 190)
Keindahan Akhlaq inilah… yang senantiasa membuat Aisyah RA senantiasa menangis ketika mengingat Beliau… tidak ada sesuatupun yang tidak mengagumkan dari pribadi Sang Nabi…
Saudaraku…
Semoga dalam sisa umur kita… kita mampu belajar untuk memaknai bahwa sesungguhnya Allah swt, senantiasa memberikan yang TERBAIK bagi kita…
Kita hanya butuh membersihkan nurani… mengasah IMAN… mempertebal kesyukuran… lalu memperbaharui Akhlaq…
Agar dengan KEBENINGAN JIWA yang kita miliki… semua kejadian yang kita alami… bisa kita “petik” hikmahnya… Insya Allah… dalam kondisi yang ridho… dan menjadikan kita pribadi-pribadi yang qana’ah…

Allahu’alam Bishwab…
“Jadikan kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa memperbaharui niat dan rasa syukur kepada-Mu… agar cinta dihati kami… terisi penuh oleh-MU… kemudian melahirkan ucapan yang membeningkan… serta perbuatan yang men-cahayakan…” Amin ya Rabbal alamin….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar